Di bawah terik matahari siang yang menggigit, Gubernur Sulawesi Tengah Anwar Hafid tiba di Jalan Malonda, Kecamatan Ulujadi, Kota Palu, Selasa 10 Juni 2025. Tepat pukul 11.15 WITA, ia melangkah ke tengah kerumunan massa aksi yang membentangkan spanduk penolakan tambang. Aksi damai yang digerakkan oleh Aliansi Pemuda Tipo ini merupakan jilid kedua dari serangkaian protes terhadap aktivitas pertambangan di kawasan Tipo, Ulujadi, dan Kinovaro.
Anwar tidak datang sendiri. Ia didampingi Ketua DPRD Sulawesi Tengah, H.M, Arus Abdul Karim, Bupati Sigi, Mohamad Rizal Intjenae, Sekretaris Kota Palu, Irmayanti Pettalolo, Camat Ulujadi, hingga para kepala desa terdampak. Mereka bergabung dengan ratusan warga yang menuntut penghentian pertambangan di wilayah yang mereka sebut sebagai “tanah terakhir yang tersisa untuk hidup.”
Aksi dimulai dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, disusul dengan lagu Mars Ulujadi tiga menit kemudian.
Setelah itu, Faizal, Koordinator Lapangan yang juga Ketua Pemuda Tipo, mengambil mikrofon. Dalam orasinya, Faizal menyampaikan serangkaian tuntutan dan kekhawatiran warga.
“Hari ini kami minta Gubernur tutup tambang. Sudah berbagai langkah kami tempuh, tapi tak ada solusi. Yang kami dapat hanya kekecewaan,” ujarnya lantang.
Ia menegaskan bahwa masyarakat tak akan membiarkan perusahaan terus beroperasi di tanah mereka.
“Kalau dipaksakan, kami khawatir terjadi konflik sosial.” ujarnya.
Selanjutnya, suara orasi datang dari Ketua Adat Tipo, Aspar, mewakili Aliansi Pemuda Tipo bersama warga Desa Kalora.
Aspar menyoroti persoalan batas wilayah antara Kota Palu dan Kabupaten Sigi yang kini tumpang tindih dengan konsesi pertambangan.
Ia menyebut dua perusahaan yang menguasai lahan di wilayah itu yaitu PT. Bumi Alpha Mandiri (BAM) dan PT. Tambang Watu Kalora, yang menurutnya “menguasai kawasan tanpa pernah melapor ke masyarakat.
Ia juga menyinggung kerusakan lingkungan dan pencemaran udara yang sudah mulai dirasakan warga.
Di hadapan massa yang sebagian besar adalah pemuda dan ibu-ibu dari tiga desa, Gubernur Anwar Hafid akhirnya angkat suara. Ia awali dengan refleksi pribadi.
“Saat saya lihat dari atas pesawat, saya bertanya dalam hati: bagaimana nasib masyarakat di bawah?” katanya.
Terkait hal itu semua, ia mengaku sudah menghubungi Bupati Sigi lebih dulu dan mendapat dukungan penuh untuk mengambil langkah tegas.
Tanpa basa-basi, Anwar menyatakan akan memoratorium seluruh izin tambang yang berada di kawasan permukiman warga. Bahkan, ia menegaskan akan menghentikan permanen aktivitas tambang di wilayah itu.
“Ini bukan karena saya takut demo, tetapi demi melindungi Kota Palu. Pegang kata-kata saya, saya akan bereskan ini. Doakan saya,” ungkapnya.
Aksi ditutup dengan doa bersama, dan beberapa menit kemudian, massa membubarkan diri secara tertib. **(Tim)