Kabupaten Parigi Moutong masih menghadapi tingginya angka kematian bayi meskipun terjadi penurunan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2024, tercatat 59 kasus kematian bayi, turun dari 92 kasus pada tahun-tahun sebelumnya. Meskipun ada perbaikan, angka tersebut tetap menjadi yang tertinggi di Sulawesi Tengah dan membutuhkan perhatian serius dari pemerintah daerah.
Melalui Peta Jalan Pembangunan Kependudukan (PJPK) 2025–2029, pemerintah menempatkan peningkatan layanan kesehatan ibu dan bayi sebagai prioritas strategis. Fokus intervensi diarahkan pada penanganan penyebab utama kematian bayi, seperti bayi berat lahir rendah (BBLR), prematuritas, asfiksia, serta infeksi pascapersalinan. Pemerintah juga memperkuat fasilitas kesehatan yang mampu memberikan layanan emergensi neonatal.
Kepala Bappelitbangda Parigi Moutong, Irwan, mengatakan bahwa penurunan kematian bayi harus terus digenjot.
“Kita harus pastikan setiap ibu dan bayi mendapatkan pelayanan yang aman,” ujarnya saat ditemui PaluPoso.id, Sabtu (15/11/2025).
Menurutnya, akses layanan kesehatan di daerah terpencil dan kurangnya tenaga kesehatan terlatih masih menjadi tantangan besar.
Pemerintah merencanakan peningkatan kapasitas bidan dan tenaga kesehatan melalui pelatihan penanganan kegawatdaruratan neonatal. Sistem rujukan juga akan diperkuat agar penanganan bayi berisiko dapat dilakukan tepat waktu. Selain itu, kampanye kesehatan reproduksi, konseling gizi bagi ibu hamil, dan pencegahan pernikahan anak terus digalakkan untuk menekan kelahiran berisiko tinggi.
Irwan menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor, termasuk puskesmas, dinas kesehatan, pemerintah desa, dan sektor pendidikan, agar penanganan kesehatan ibu dan bayi berjalan optimal di seluruh kecamatan. Dengan intervensi terukur ini, pemerintah berharap angka kematian bayi dapat terus ditekan hingga mencapai target nasional.
ADV-PPID








