Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Parigi Moutong terus memberi perhatian serius terhadap tingginya Angka Age-Specific Fertility Rate (ASFR) kelompok usia 15–19 tahun yang pada tahun 2023 tercatat mencapai 42,4 per 1.000 perempuan remaja. Angka ini bukan hanya lebih tinggi dari rata-rata provinsi, tetapi juga menjadi indikator kuat bahwa kehamilan remaja masih menjadi persoalan mendasar yang perlu ditangani secara sistematis.
Melalui Peta Jalan Pembangunan Kependudukan (PJPK) 2025–2029, pemerintah menempatkan pengendalian kehamilan remaja sebagai prioritas. Program edukasi kesehatan reproduksi di jenjang SMP dan SMA akan diperkuat, termasuk integrasi materi ke dalam kegiatan sekolah dan penyuluhan lintas sektor. Selain itu, pemerintah mengintensifkan pencegahan pernikahan anak melalui kerja sama dengan pemerintah desa, tokoh masyarakat, dan lembaga agama.
Kepala Bappelitbangda Parigi Moutong, Irwan, menegaskan bahwa tingginya angka kehamilan remaja memiliki konsekuensi jangka panjang terhadap kualitas penduduk.
“Kalau remaja hamil terlalu muda, kualitas generasinya ikut terancam,” ujar Irwan saat ditemui PaluPoso.id, Sabtu (15/11/2025).
Menurutnya, kehamilan usia dini sangat terkait dengan putus sekolah, risiko kesehatan ibu, hingga meningkatnya siklus kemiskinan keluarga.
Selain edukasi reproduksi, pemerintah juga memperkuat program bimbingan perkawinan bagi calon pengantin dan pengawasan administratif melalui Kantor Urusan Agama. Sosialisasi pendewasaan usia perkawinan menjadi strategi kunci untuk menekan angka pernikahan dini di desa-desa yang selama ini mencatat kasus tinggi.
Irwan menambahkan bahwa keberhasilan menurunkan ASFR bukan hanya bergantung pada pemerintah, tetapi juga partisipasi keluarga dan masyarakat. Ia berharap berbagai intervensi dalam PJPK dapat menekan angka kehamilan remaja secara signifikan dalam lima tahun ke depan.
ADV-PPID








