Menu

Mode Gelap

Kesehatan · 16 Nov 2025 16:59 WITA ·

Pemkab Parigi Moutong Intensifkan Edukasi Tunda Usia Perkawinan Remaja

badge-check

Redaksi


 Ilustrasi petugas memberikan sosialisasi kesehatan reproduksi kepada siswa SMA, sebagai upaya pencegahan pernikahan anak dan peningkatan edukasi remaja. Foto: AI-PPID Perbesar

Ilustrasi petugas memberikan sosialisasi kesehatan reproduksi kepada siswa SMA, sebagai upaya pencegahan pernikahan anak dan peningkatan edukasi remaja. Foto: AI-PPID

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Parigi Moutong terus memberi perhatian serius terhadap tingginya Angka Age-Specific Fertility Rate (ASFR) kelompok usia 15–19 tahun yang pada tahun 2023 tercatat mencapai 42,4 per 1.000 perempuan remaja. Angka ini bukan hanya lebih tinggi dari rata-rata provinsi, tetapi juga menjadi indikator kuat bahwa kehamilan remaja masih menjadi persoalan mendasar yang perlu ditangani secara sistematis.

Melalui Peta Jalan Pembangunan Kependudukan (PJPK) 2025–2029, pemerintah menempatkan pengendalian kehamilan remaja sebagai prioritas. Program edukasi kesehatan reproduksi di jenjang SMP dan SMA akan diperkuat, termasuk integrasi materi ke dalam kegiatan sekolah dan penyuluhan lintas sektor. Selain itu, pemerintah mengintensifkan pencegahan pernikahan anak melalui kerja sama dengan pemerintah desa, tokoh masyarakat, dan lembaga agama.

Kepala Bappelitbangda Parigi Moutong, Irwan, menegaskan bahwa tingginya angka kehamilan remaja memiliki konsekuensi jangka panjang terhadap kualitas penduduk.

“Kalau remaja hamil terlalu muda, kualitas generasinya ikut terancam,” ujar Irwan saat ditemui PaluPoso.id, Sabtu (15/11/2025).

Menurutnya, kehamilan usia dini sangat terkait dengan putus sekolah, risiko kesehatan ibu, hingga meningkatnya siklus kemiskinan keluarga.

Selain edukasi reproduksi, pemerintah juga memperkuat program bimbingan perkawinan bagi calon pengantin dan pengawasan administratif melalui Kantor Urusan Agama. Sosialisasi pendewasaan usia perkawinan menjadi strategi kunci untuk menekan angka pernikahan dini di desa-desa yang selama ini mencatat kasus tinggi.

Irwan menambahkan bahwa keberhasilan menurunkan ASFR bukan hanya bergantung pada pemerintah, tetapi juga partisipasi keluarga dan masyarakat. Ia berharap berbagai intervensi dalam PJPK dapat menekan angka kehamilan remaja secara signifikan dalam lima tahun ke depan.

 

ADV-PPID

Artikel ini telah dibaca 7 kali

Baca Lainnya

Stunting Turun, Parigi Moutong Percepat Intervensi Gizi Seribu

16 November 2025 - 16:49 WITA

Petugas kesehatan mengukur panjang badan seorang balita dengan alat antropometri, sementara ibu mendampingi anak dalam layanan posyandu.

Kematian Bayi Tinggi, Parigi Moutong Perkuat Layanan Ibu

16 November 2025 - 16:25 WITA

Perawat memeriksa tekanan darah seorang ibu hamil dengan alat tensimeter di ruang pemeriksaan puskesmas.

Angka Kematian Ibu Menurun, Parigi Moutong Perkuat Layanan PONED PONEK

16 November 2025 - 16:13 WITA

Seorang perawat mempersiapkan layanan persalinan di ruang bersalin PONED dengan tempat tidur persalinan dan peralatan medis.

Indeks Perlindungan Anak Turun, Parigi Moutong Perkuat Perlindungan

15 November 2025 - 13:08 WITA

Ilustrasi anak-anak Parigi Moutong saat bermain di jam istirahat sekolah

Hestiwati Nanga Resmi Pimpin PMI Parigi Moutong

26 Oktober 2025 - 18:31 WITA

Hestiwati Nanga pimpin PMI Parigi Moutong periode 2025–2030 fokus pelayanan darah dan relawan kemanusiaan.

Bupati Parigi Moutong Buka Rakor Penurunan Stunting 2025

13 Oktober 2025 - 18:04 WITA

Penanganan Stunting Parigi Moutong 2025 terus digenjot.
Trending di Kesehatan